HEMATOLOGI
Hematologi merupakan cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ pembentuk darah dan penyakitnya, hematologi digunakan sebagai petunjuk keparahan suatu penyakit. Perubahan hematologi dan kimia darah baik secaran kualitatif maupun kuantitatif dapat menentukan kondisi kesehatan hewan. Sel dan plasma darah mempunyai peran fisiologis yang sangat penting dalam diagnosis, prognosis dan terapi suatu penyakit (Soetrisno, 1987).
Hematologi adalah ilmu tentang darah dan jaringan pembentuk darah yang merupakan salah satu sistem organ terbesar dalam tubuh makhluk hidup. Darah membentuk 6%-8% dari berat tubuh total dan terdiri dari sel-sel darah yang tersuspensi di dalam suatu cairan yang disebut plasma. Tiga jenis sel darah utama adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan trombosit. Cairan plasma membentuk 45%-60% dari volume darah total, sel darah merah menempati sebagian besar volume sisanya (Sacher dan Richard, 2000).
Darah merupakan suatu jaringan yang terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit yang terendam dalam plasma darah cair. Darah beredar dalam system vascular, mengangkut oksigen dari paru dan nutrien dari saluran cerna ke jaringan lain ke seluruh tubuh. Eritrosit adalah korpuskel-korpuskel kecil kecil yang memberi warna merah pada darah. Eritrosit berkembang dalam sumsum tulang sebagai sel sejati. Trombosit adalah badan kecil tanpa nukleus dan tidak berwarna yang ditemukan dalam darah semua mamalia. Badan kecil ini berfungsi untuk pembekuan darah pada tempat cedera pembuluh darah dan berfungsi mencegah kehilangan darah yang berlebihan. Leukosit merupakan jenis sel darah putih yang memiliki nucleus dan tidak berwarna dalam keadaan segar. Jumlah leukosit dalam sirkulasi berkisar antara 5000-9000 per millimeter kubik darah (Bloom dan Fawcett, 1994).
Proses pembekuan darah dengan tiga fase
1. Fase pertama.
Proses pembekuan darah manusia adalah pembekuan agregat pada trombosit sehingga menghentikan proses pendarahan sementara. Pada tempat luka tersebut nantinya trombosit akan mengikat kolagen pada tempat terjadinya luka di dalam permbuluh darah dan juga nantinya diaktifkan oleh thrombin yang terbentuk di dalam kaskade saat peristiwa koagulasi pada tempat yang sama. Nah, pada saat pengaktifan ini, trombosit akan mengalami perubahan bentuk karena bantuan dari zat fibrinogen dalam darah yang kemudian menjadikan trombosit menyumbat pembuluh darah yang robek tersebut.
2. Fase kedua.
Proses pembekuan darah selanjutnya adalah pembentukan jaring fibrin yang terikat dengan trombosit secara agregat sehingga menimbulkan sumbatan yang lebih stabil lagi dibandingkan dengan sumbatan yang pertama.
3. Fase ketiga.
Proses pembekuan selanjutnya yakni terjadi pelarutan baik secara pasial atau agregat pada hemastosis yang dilakukan oleh plasmin sehingga ini akan membuat penyumbatan menjadi lebih kuat lagi dibandingkan yang sudah terjadi sebelumnya.
Antikoagulan adalah obat yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk serta meluasnya trombus dan emboli, obat golongan ini juga diperlukan untuk mencegah bekunya darah in vitro pada pemeriksaan laboratorium dan transfusi. Antikoagulan oral dan heparin menghambat pembentukan fibrin dan digunakan secara profilaktik untuk mengurangi insiden tromboemboli terutama pada vena. Kedua macam antikoagulan ini juga bermanfaat untuk pengobatan trombosis arteri karena mempengaruhi pembentukan fibrin yang diperlukan untuk mempertahankan gumpalan trombosit. Pada trombus yang sudah terbentuk, antikoagulan hanya mencegah membesarnya trombus dan mengurangi kemungkinan terjadinya emboli, tetapi tidak memperkecil trombus.
Fibrinolisis merupakan kondisi pecahnya fibrin (salah satu agen pembeku darah yang diproduksi dalam darah sebagai produk akhir koagulasi). Darah juga mengandung enzim fibrinolitik yang berguna mecegah pembentukan gumpalan atau pembekuan darah pada area yang tidak terluka, sehingga tidak akan menghalangi aliran darah, dan juga enzim ini akan menghancurkan fibrin bila luka telah sembuh. Trombosis merupakan pembentukan gumpalan atau bekuan darah yang tidak normal, yang terjadi bila terdapat gangguan pada jalur pembekuan darah dan pemecahan fibrin. Obat yang dapat mengaktifkan kerja fibrinolisis dapat juga menyembuhkan penyakit seperti embolisme paru-paru, dan infraksi miokardial yang disebabkan karena adanya gumpalan darah yang menghalangi aliran darah.
Permasalahan :
1. Adakah factor yang mempengaruhi fibrinolisis?
2. Apa yang terjadi jika leukosit tinggi dan apa penyebabnya?
3. Bagaimanakah penanganan jika terjadi leukositosis?
Daftar Putaka
Bloom dan Fawcett. 1994. Buku Ajar Histologi. EGC, Jakarta.
Sacher, R. A. Dan A.M. Richard. 2000. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Lanoratorium. EGC,Jakarta.
Soetrisno. 1987. Diktat Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan Unsoed, Purwokerto.
Baiklah viki disini saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 3, yaitu Leukositosis terjadi ketika jumlah sel darah putih yang terdapat dalam tubuh lebih tinggi dari jumlah normalnya. Pengobatan untuk menurunkan jumlah sel darah putih tergantung pada penyebabnya, 1. Obat antibiotik, jika leukositosis disebabkan oleh infeksi bakteri
BalasHapus2. Obat antihistamin, jika leukositosis disebabkan oleh reaksi alergi
3. Penghentian atau penggantian obat, jika leukositosis disebabkan oleh efek samping obat.
4. Obat anti radang (antiinflamasi), jika leukositosis disebabkan oleh peradangan
5. Kemo terapi, radio terapi, dan transplantasi sumsum tulang, jika leukositosis disebabkan oleh leukemia.
Terima kasih anis atas jawabannya disini saya juga sependapat dengan jawaban anda kalau Jumlah sel darah putih biasanya akan kembali normal bila penyebabnya hilang, misalnya pada infeksi bakteri yang anda katakan tadi, bila telah teratasi infeksinya, sel darah putih akan normal kembali. Kemudian Leukositosis yang disebabkan karena penggunaan obat-obatan tertentu, apabila obat dihentikan maka jumlah sel darah putih akan normal kembali.
Hapus